Menstruasi adalah sebuah siklus bulanan yang terjadi pada wanita dengan cara keluarnya darah dari rahim. Tetapi, ketika wanita mengeluarkan banyak sekali darah saat menstruasi akan disebut menorrhagia.
Terjadinya menstruasi adalah sebuah hal yang sangat wajar dan normal yang dialami pada wanita. Terjadinya menstruasi juga merupakan sebuah tanda di mana seorang wanita menginjak masa pubertas.
Sobat Pintar, pernah gak sih ketika kamu sedang berada di masa menstruasi lalu mengeluarkan banyak sekali darah?
Nah, hal tersebut perlu dikhawatirkan karena bisa saja kamu mengalami menorrhagia, apa sih menorrhagia itu? Yuk, simak ulasan berikut.
Apa Itu Menorrhagia?
Sederhananya, menorrhagia adalah sebuah pengeluaran darah yang berlebih ketika wanita sedang di masa menstruasi.
Menorrhagia terjadi ketika sudah memasuki durasi lebih dari 7 hari, dengan volume cairan lebih dari 80 ml dalam siklus menstruasi.
Seiring berkembangnya waktu, istilah yang digunakan ketika wanita mengalami perdarahan lebih (menorrhagia) telah tergantikan dengan uterus abnormal atau PUA.
Untuk menentukan apakah kamu mengalami menorrhagia atau tidak, kamu perlu mengetahui riwayat menstruasi dan kemungkinan-kemungkinan yang memicu perdarahan pada siklus menstruasi kamu.
Contohnya, jika kamu mengkonsumsi beberapa obat yang dapat memicu perdarahan, penurunan berat badan, nyeri, gejala anemia.
Data Kasus Nasional dan Internasional
Melansir dari situs UNAIR pada tahun 2019, terdapat 50% wanita di dunia mengalami gangguan menstruasi.
Terdapat populasi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran menstruasi sebesar 15,8%.
RISKESDAS menyatakan, pada tahun 2010 diketahui terdapat sekitar 15,8% remaja tingkat SMP yang mengalami gangguan ketidakteraturan siklus menstruasi dan untuk tingkat SMA terdapat 15,% gangguan menstruasi.
Dari data tersebut bisa kita simpulkan bahwa banyak wanita yang mengalami gangguan menstruasi.
Penyebab Menorrhagia
Menorrhagia tidak memiliki penyebab pasti, namun terdapat beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya menorrhagia, yaitu:
- Disfungsi Ovarium
Ovarium atau sel telur akan dilepas untuk mempersiapkan pembuahan. Ovarium adalah sebuah istilah di mana ketika sel telur dilepas.
Nah, jika ovarium terganggu, tubuh tidak akan memproduksi hormon progesteron.
Jika hormon progesteron tidak diproduksi, jaringan yang berfungsi melapisi rahim akan tumbuh berlebih yang mengakibatkan perdarahan hebat.
- Hormon yang Terganggu
Normalnya, hormon estrogen dan progesteron seimbang. Tetapi, jika kondisi hormon antara estrogen dan progesteron tidak seimbang akan menyebabkan endometrium berkembang secara berlebihan.
Terjadinya endometrium berkembang secara berlebih akan menyebabkan perdarahan berat saat menstruasi.
- Alat Kontrasepsi
Terdapat beberapa efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi, menorrhagia merupakan salah satu efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut.
Yang menjadi salah satu efek samping dari alat kontrasepsi ini yaitu alat kontrasepsi non-hormonal yang berfungsi untuk pengendalian kelahiran. Misalnya pil KB dan KB spiral (IUD).
- Kanker
Penyakit kanker rahim dan kanker serviks dapat mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Pasca menopause dan kamu yang pernah menjalani tes PAP dengan hasil abnormal juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya Menorrhagia.
- Obat-Obat yang Dikonsumsi
Penggunaan obat-obatan dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Menorrhagia. Contohnya obat jenis inflamasi, obat-obatan hormonal, dan antikoagulan.
- Fibroid Rahim
Fibroid rahim adalah tumor non-kanker yang berkembang di masa subur wanita. Fibroid rahim dapat menyebabkan penekanan pada kandung kemih yang mana dapat membuat seseorang sering buang air kecil.
Selain itu, fibroid rahim juga dapat berkembang di dinding rahim dan menjadi salah satu penyebab menorrhagia.
- Polip
Polip adalah sekumpulan daging-daging kecil yang tumbuh di dinding rahim. Jenis tumor yang satu ini termasuk ke dalam jenis tumor yang jinak.
Walaupun jinak, polip dapat menyebabkan gangguan atau masalah saat menstruasi.
- Adenomiosis
Adenomiosis adalah sebuah kondisi di mana saat lapisan rahim (endometrium) menembus dinding otot rahim (miometrium) dan menyebabkan perdarahan.
Gejala Menorrhagia
Umumnya, setiap 21-35 hari, wanita pasti mengalami mentruasi selama 3-7 hari. Banyaknya darah yang dikeluarkan yaitu dengan nilai normal 30-40 ml. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab khas dari menorrhagia.
Namun, terdapat beberapa gejala lain yang harus kamu waspadai, yaitu:
- Seringnya mengganti pembalut
- Darah menstruasi keluar dalam waktu lebih dari 7 hari atau 1 minggu
- Bangun tidur untuk mengganti pembalut
- Terdapat gumpalan-gumpalan darah yang keluar
- Tertundanya aktivitas karena aliran darah yang terlalu deras
Jenis Gangguan Menstruasi
Sobat Pintar, tak hanya menorrhagia saja yang menjadi salah satu gangguan menstruasi, tapi ada 5 jenis gangguan yang biasanya dialami pada wanita, yaitu:
- Amenorea
- Dismenorea
- Menorrhagia
- Oligomenorea
- Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)
Cara Mengatasi Menorrhagia
Kamu dapat konsultasikan terlebih dahulu dengan Dokter mengenai keluhanmu, karena mungkin saja Dokter akan menganjurkan beberapa pengobatan selain cara di bawah ini.
Namun, umumnya terdapat beberapa cara yang dapat kamu ikuti untuk mengatasi nyeri haid akibat Menorrhagia, yaitu:
- Minum banyak air putih
- Minum suplemen zat besi
- Konsumsi vitamin C
Perlukah Pergi ke Dokter?
Apabila kamu sudah yakin bahwa keluhanmu yaitu menorrhagia, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai keluhanmu.
Sekarang, kamu bisa tinggal duduk manis saja di rumah tanpa harus repot-repot keluar rumah, karena sekarang ada yang namanya SiapDok yang dapat membantu kamu di kondisi apapun.
Kamu tinggal download aplikasi SmartRSCM di smartphone kamu, sudah tersedia di Appstore dan PlayStore.
(Arya Saputra S)
Referensi:
unair.news.ac.id. . Diakses pada 2022. Faktor Risiko Gangguan Menstruasi pada Pekerja Wanita
Jurnal Ilmiah Simantek. Diakses pada 2022. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Gangguan Haid pada Karyawati.
Kementerian Kesehatan Ri. (2010). Diakses pada 2022. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 78.