Skip to content

5 Jenis Skizofrenia yang Harus Kamu Ketahui!

  • by
Jenis Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang memiliki banyak “wajah” karena gejalanya sangat bervariasi.

Gejala seperti halusinasi (melihat/mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada) atau waham (keyakinan yang tidak sesuai kenyataan) mungkin merupakan gejala yang pertama kali terpikir saat mendengar kata skizofrenia.

Akan tetapi, orang dengan skizofrenia (ODS) juga dapat menunjukkan gangguan pada pengendalian perilaku, pengendalian emosi, pembicaraan, dan daya pikir.

Oleh karena itu, dalam ilmu kedokteran jiwa dikenal adanya beberapa subtipe skizofrenia yang akan membedakan gejala-gejala yang terlihat.

Sedangkan gejala skizofrenia menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), setidaknya terjadi dua atau lebih gejala yang berdurasi minimal 1 bulan.

Gejala-gejala yang dimaksud seperti halusinasi, kurangnya kemampuan berbicara (berbicara tidak tentu arah), disfungsi kehidupan sosial, dan kurangnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan.

Jumlah pengidap penyakit ini sangat banyak. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, dari sekitar 163,5 juta orang yang mengalami gangguan jiwa, sebanyak 21 juta di antaranya disebabkan oleh skizofrenia. Di Indonesia sendiri, data tahun 2013 menunjukkan angka skizofrenia sekitar 1,7 per 1000 penduduk.

Jenis-Jenis Skizofrenia

Jenis Skizofrenia

Sumber: pixabay.com

Setidaknya ada 5 jenis skizofrenia yang sering terjadi di masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang paling dominan pada jenis paranoid adalah halusinasi dan waham, yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku dan beinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. 

Sebagai contoh, seseorang yang mengalami halusinasi pendengaran mungkin tampak sedang mengobrol dengan orang yang tidak terlihat atau tertawa-tawa sendiri. 

Pada kasus lain, orang yang mengalami waham bahwa dirinya akan dicelakai oleh orang di sekitarnya mungkin akan tampak sangat ketakutan dan menarik diri, atau sebaliknya, cenderung bermusuhan.

  1. Skizofrenia Hebefrenik

Orang dengan gangguan hebefrenik akan menunjukkan perubahan perilaku yang sangat drastis, seperti menjadi kekanak-kanakan lagi, tidak teratur, dan hidup dalam dunianya sendiri. 

Mereka juga cenderung sulit diajak berkomunikasi karena tata bahasa dan pembicaraannya menjadi kacau tidak terstruktur. 

Secara sekilas, mereka yang mengalami skizofrenia hebefrenik akan terkesan “berantakan” padahal kondisi tersebut merupakan akibat dari gangguan jiwa.

  1. Skizofrenia Katatonik

Gejala psikomotor adalah gejala yang paling mencolok terlihat pada subtipe ini. Katatonia sendiri merupakan istilah yang merujuk pada sekumpulan gangguan psikomotor yang dapat terjadi pada gangguan jiwa berat. 

Di satu sisi, orang dengan katatonia mungkin menunjukkan perubahan psikomotor menjadi sangat meningkat hingga terjadi gaduh gelisah atau perilaku agresif. 

Namun, di lain sisi, mereka mungkin mengalami penurunan psikomotor yang sangat berat sehingga hanya diam tidak bergerak sampai waktu yang lama sekali. 

Selain kedua gejala ekstrim tersebut, ada gejala katatonia lain seperti mempertahankan posisi tubuh yang tidak lazim untuk jangka waktu lama, melawan upaya menggerakkan anggota tubuh, atau membiarkan tubuhnya digerakkan dengan fleksibel seperti lilin.

Tiga subtipe tersebut merupakan kelompok gejala yang paling khas dari gangguan jiwa ini. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa ODS menampilkan gejala yang tumpang tindih antara subtipe yang berbeda, atau malah gejalanya sedemikian tidak khas sehingga tidak bisa digolongkan dalam satu subtipe tertentu. 

Selain itu, jangan lupa bahwa ODS dapat mengalami remisi gejala, yaitu hilangnya gejala secara total atau hampir total, dengan pengobatan sampai tampak seperti orang kebanyakan.

  1.   Skizofrenia Residual

Skizofrenia residual merupakan tingkatan yang paling ringan dibandingkan dengan jenis lainnya.

Penderita skizofrenia residual tidak menunjukkan gejala-gejala seperti halusinasi, ketakutan, bicara tidak tentu arah, dan lain sebagainya. Penderita jenis residual akan mendapatkan diagnosa setelah menunjukkan salah satu dari gejala tersebut.

Tipe ini juga disebut sebagai tanda bahwa penderitanya sudah mulai pulih dari penyakit skizofrenia namun masih menunjukkan beberapa gejalanya dalam skala ringan.

  1. Skizofrenia Akut

Skizofrenia akut sendiri bersifat mendadak dan intensitas keparahannya meningkat dengan cepat dalam waktu yang singkat.

Penderita tipe akut biasanya mengalami gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, mendengar suara-suara bisikan, kesulitan tidur dalam intensitas yang tinggi.

Di suatu kasus, penderitanya juga dapat melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain seperti mengamuk dan melakukan kekerasan kepada orang di sekitarnya apabila permintaannya tidak dituruti.

Hal-hal yang Menyebabkan Skizofrenia

Penyebab Skizofrenia

Sumber: pixabay.com

Seperti yang telah dijelaskan di atas, skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor genetik dan non genetik. Diantara penyebab-penyebab yang dilatar belakangi oleh faktor genetik adalah sebagai berikut:

  1.   Ketidakseimbangan Produksi Zat Kimia di Dalam Otak

Berdasarkan penelitian, ketidakseimbangan produksi zat kimia di dalam otak tersebut berasal dari produksi hormon dopamin dan serotonin.

Kedua hormon tersebut berperan sebagai neurotransmitter yang berfungsi sebagai pengirim sinyal kepada masing-masing sel otak.

Apabila keseimbangan produksi kedua hormon tersebut terganggu maka akan menimbulkan gangguan skizofrenia akibat sinyal yang tersampaikan kepada masing-masing sel otak tidak lancar.

  1.   Cacat Struktur Otak

Struktur otak yang tidak sempurna dapat menyebabkan bagian-bagian otak tertentu tumbuh dan berkembang dengan tidak semestinya.

Misalnya bagian lobus temporalis di otak yang berfungsi sebagai media untuk ingatan apabila tidak tumbuh dan berkembang dengan sempurna maka kamu kemungkinan bisa menderita gangguan ini.

  1.   Penyakit yang Timbul Ketika Masa Kehamilan

Janin yang sedang dikandung di dalam rahim pada masa kehamilan, ketika telah dilaksanakan persalinan bisa saja anak tersebut akan mengidap skizofrenia apabila selama di dalam kandungan mengalami beberapa gangguan penyakit.

Gangguan penyakit ketika masa kehamilan seperti kurangnya asupan gizi, paparan mikroorganisme seperti bakteri dan virus, terpapar racun, kekurangan oksigen, dan sebagainya.

Sementara hal yang mendukung gangguan skizofrenia dari faktor non genetik adalah sebagai berikut:

  1.   Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan seperti stres, sedih yang tak kunjung hilang, kurangnya harmonisasi dalam pergaulan atau pada hubungan rumah tangga, pelecehan seksual, bullying, dan menerima kekerasan secara fisik dapat memicu seseorang menderita gangguan jiwa ini.

  1.   Penggunaan Zat Adiktif dan Narkotika

Seseorang yang telah kecanduan terhadap zat-zat adiktif ataupun narkotika memiliki kemungkinan menderita gangguan skizofrenia ketika dia lepas dari zat-zat tersebut.

Zat yang membuat kecanduan dapat merubah produksi hormon-hormon yang terdapat di dalam tubuh sehingga apabila terjadi ketidakseimbangan produksi hormon akibat lepas dari zat yang membuat kecanduan tersebut dapat memicu seseorang terkena skizofrenia.

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila Sobat Pintar atau orang terdekat Anda menunjukkan pikiran, perasaan, atau perilaku yang menyerupai gejala skizofrenia, sangat penting untuk segera diperiksakan ke dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater).

Psikiater akan menelaah kondisi pasien secara komprehensif untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan mencakup faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Diagnosis yang cepat dan tepat akan mendukung pengobatan yang optimal juga untuk mencapai pemulihan. 

Kini SiapDOK hadir dengan aplikasi yang bernama SmartRSCM. Cukup dengan unduh di PlayStore maupun AppStore, kemudian login dan daftar sebagai pasien baru, lalu pilih dokter spesialis sesuai keluhanmu, bayar, dan kamu siap untuk melakukan konsultasi medis kapan pun dan di mana pun!

(Muhammad Rifqi Athallah)

Ditinjau oleh: dr. Adhitya Sigit Ramadianto, SpKJ

Referensi

Jurnal Medika Udayana, Universitas Udayana. Suatu Laporan Kasus Skizofrenia Akut Pada Anak Usia 12 Tahun dengan Riwayat Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Diakses pada 2022.

JIMKI, Vol.6 No.2. Diagnosis Dini Depresi Pasca Skizofrenia: Studi Kasus RS Jiwa Provinsi Lampung. Diakses pada 2022.

Kamustoto