Skip to content

Plagiocephaly: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi 

Plagiocephaly

Sobat Pintar, tahukan kalian tentang plagiocephaly atau sindrom kepala (peang) datar yang terjadi pada bayi? Ternyata ada beberapa penyebab dari terjadinya sindrom ini pada bayi. Simak penjelasannya sebagai berikut.

Plagiocephaly adalah kondisi dimana terdapat perbedaan bentuk pada sisi kepala bayi, atau biasa disebut peang. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh terlalu lama berada dalam satu posisi tidur pada bayi.

Speltz, tahun 2012 telah melakukan suatu penelitian dan secara signifikan menyatakan bahwa sindrom ini murni hanya sebagai masalah estetik.

Umumnya bayi yang baru lahir berbentuk lonjong atau tidak rata, terutama bayi yang dilahirkan secara normal karena harus melewati jalur lahir. Tengkorak bayi masih dalam keadaan lunak dan mudah dibentuk sehingga bentuk kepala bayi masih mudah dibentuk.

Penyebab Plagiocephaly

Plagiocephaly

Penyebab dari plagiocephaly pada bayi bervariasi, penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, diantaranya:

  • Plagiocephaly Posisional

Plagiocephaly posisional adalah jenis sindrom kepala datar yang paling umum. Menurut American of Family Physician, kasus tersebut mempengaruhi 50% bayi.

Bukan hanya dari posisi bawaan tidur saja, ada beberapa penyebab dari plagiocephaly posisional antara lain:

  • Lahir Prematur

Bayi yang terlahir prematur memiliki tulang lebih lunak dibandingkan bayi yang lahir cukup usia. Dan bayi terlahir prematur memiliki resiko berbaring cukup lama di inkubator sehingga posisi tidur tidak terkontrol.

Plagiocephaly lebih banyak terjadi pada bayi yang terlahir secara prematur dibandingkan bayi lahir normal.

  • Penggunaan Forceps atau Vakum pada Saat Lahiran

Hal ini juga dapat mempengaruhi bentuk kepala bayi karena efek tarikan alat bantu lahiran. Sehingga biasanya bentuk kepala bayi menjadi lebih lonjong atau datar pada satu sisi.

  • Tortikolis Otot

Ini adalah kondisi dimana otot-otot leher bayi kaku atau tidak seimbang. Sehingga mempersulit ruang gerak bayi saat di dalam rahim. Hal tersebut dapat menyebabkan bentuk kepala peang karena bayi akan berada dalam satu posisi cukup lama.

  • Terlahir Kembar

Hal ini cukup masuk akal karena ruang pada rahim menjadi sempit. Sehingga tengkorak bayi memiliki risiko plagiocephaly lebih tinggi.

  • Plagiocephaly Bawaan (Congenital)

Plagiocephaly congenital adalah plagiocephaly bawaan yang terjadi sejak dalam kandungan. Dimana penyebabnya adalah craniosynostosis, yaitu kondisi ubun-ubun dan celah tengkorak pada bayi menutup lebih cepat atau sebelum waktunya.

Gejala Plagiocephaly

Gejala plagiocephaly dapat terjadi berbeda-beda, tergantung dari kasus dan jenisnya. Berikut beberapa gejala yang umum terjadi pada bayi:

  1. Kepala bayi berbentuk datar atau miring pada sisi samping atau belakang
  2. Telinga bayi tidak tampak simetris
  3. Tidak tumbuh rambut pada sisi yang miring atau datar

Sedangkan pada kasus bawaan (congenital) terdapat beberapa gejala seperti:

  1. Bentuk kepala tidak normal sejak dilahirkan
  2. Ukuran kepala bayi lebih kecil dibandingan dengan bayi seusianya
  3. Bagian belakang lebih datar dan bentuk dahi bayi lebih menonjol

Cara Mengatasi Plagiocephaly

Cara mengatasi plagiocephaly tergantung dari tingkat kasus dan keparahannya. Untuk metode pengobatan bisa dilakukan secara mandiri atau bahkan memerlukan bantuan tenaga medis.

Beberapa cara mandiri untuk mengatasi sindrom ini, yaitu:

  • Memperhatikan posisi kepala bayi saat tidur dan dapat diatur dalam beberapa menit sehingga bentuk kepala bayi bisa lebih normal
  • Tengkurapkan kepala bayi, bisa diatas perut ibunya atau diatas kasur yang lembut. Namun hal ini harus mendapat pengawasan yang ketat karena beresiko kematian mendadak pada bayi (SIDS)
  •  Lakukan menggendong bayi lebih sering

Kapan Harus ke Dokter?

Konsultasi plagicephaly

Segera lakukan konsultasi ke dokter jika perawatan mandiri tidak efektif atau tidak dapat mengubah bentuk kepala bayi menjadi lebih normal.

Sebelum mendiagnosis dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan pada bayi, dengan melakukan hal berikut:

  • Memeriksa otot leher pada bayi dengan menggerak-gerakan kepala bayi, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah bayi mengidap tortikolis.
  • Mengukur lingkar kepala bayi, dan membandingkannya dengan ukuran normal pada bayi yang memiliki usia sama.

Setelah melakukan pemeriksaan dokter akan memberikan beberapa opsi pengobatan berdasarkan tingkat kasus pada bayi, yaitu:

  • Pemberian helm khusus, untuk memperbaiki bentuk tengkorak bayi.
  •  Fisioterapi, untuk meregangkan otot-otot leher bayi akibat tortikolis.

Plagiocephaly dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani, terutama yang terjadi pada plagiocephaly bawaan (congenital). Berikut komplikasi yang akan timbul:

  • Kejang pada bayi
  • Gangguan perkembangan bayi
  •  Peningkatan tekanan di dalam tengkorak bayi
  • Perubahan bentuk tengkorak kepala dan wajah secara permanen

Segera lakukan konsultasi ke dokter apabila dirasakan plagiocephaly sudah menyebabkan beberapa gejala serius.

Sobat Pintar, tidak perlu bingung mencari dokter yang sesuai dengan kebutuhan kamu, SiapDOK bersama RSCM bekerja sama untuk membantu mempermudah konsultasi kesehatan kamu. 

Hanya dengan mengunduh aplikasi SmartRSCM melalui Play Store atau melalui Apple App Store. Kamu bisa mendapatkan layanan konsultasi bersama dokter pilihanmu kapanpun dan dimanapun. Ayo lakukan konsultasi sebelum terlambat!

 (Windya Aprista)

Referensi 

Jurnal Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hubungan Kebiasaan Tidur Bayi Dengan Bentuk Kepala Bayi. Diakses pada 2022

Science Direct. Diakses pada 2022. Diagnosis, Management, and Outcome in 9 Children with Unilateral Posterior Synostotic Plagiocephaly.