Psikosis adalah kelainan jiwa mayor (berat) dengan penyebab organik (fisik) atau kejiwaan (psikis) yang ditandai dengan gangguan kepribadian dan kehilangan kontak dengan kenyataan, sering timbul halusinasi atau ilusi.
Gangguan sering menyulitkan penderitanya karena menimbulkan perasaan kebingungan dan ketakutan karena stigma, rasa malu, isolasi, kehilangan penguasaan, dan kontrol.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga.
Kota dengan prevalensi tertinggi kasus psikosis adalah Bali dan Yogyakarta dengan masing-masing 11,1 dan 10,4 per 1.000 rumah tangga yang mempunyai ART mengidap psikosis.
Penyebab Psikosis
Penyebab psikosis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Disebabkan adanya kerusakan pada anggota tubuh (otak, sentral saraf) atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar dan saraf. Hal ini bisa terjadi karena konsumsi obat-obatan dan alkohol.
- Disebabkan oleh gangguan neurosis (stress jangka panjang) yang berlarut-larut, sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian yang wajar.
Kedua penyebab di atas dapat terjadi kepada siapa saja. Pola hidup tidak sehat dan trauma juga dapat menyebabkan psikosis terjadi seperti bencana alam, kecelakaan, dan penyalahgunaan narkotika.
Namun selain dikarenakan penyakit mental, ada juga penyebab lain yang disebabkan oleh penyakit lainnya seperti:
- Penyakit parkinson
- HIV/AIDS
- Malaria
- Penyakit Alzheimer
- Stroke
- Demensia
- Lupus
Gejala Psikosis
Pada seseorang yang menderita penyakit ini memiliki gejala-gejala yang sangat umum, sehingga mudah untuk mendeteksi terjadinya kelainan. Berikut gejala yang terjadi oleh penderita psikosis, diantaranya:
- Delusi
- Halusinasi
- Perubahan suasana hati
- Bahasa dan perilaku yang tidak teratur atau katatonik
Gejala psikosis dapat dirasakan melalui indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Dimana terjadinya halusinasi atau suatu hal yang hanya dapat penderita lihat dan rasakan.
Perbedaan Psikosis Dan Psikotik
Psikosis dan psikotik merupakan hal yang sama, namun penyakit gangguan jiwa memiliki berbagai macam spektrum yang perlu dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik dalam menunjang diagnosanya.
Gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa berat yang munculnya gejala pemikiran tidak normal. Biasanya penderita tidak menyadari bahwa mereka sedang sakit.
Psikosis gejalanya terbilang ringan hanya seperti halusinasi dan delusi, namun psikotik halusinasi yang dirasakan akan mengancam sehingga menimbulkan kepanikan dan rasa cemas setiap saat.
Perbedaan Psikosis Dan Skizofrenia
Perbedaan psikosis dan skizofrenia terdapat pada gejala yang dialaminya. Penderita psikosis biasanya terjadi akibat penggunaan obat-obatan atau gaya hidup. Sedangkan skizofrenia memiliki gejala yang jauh lebih berat hingga mengubah tingkah laku.
Seseorang yang menderita dapat kembali pulih apabila dapat mengurangi penyebabnya, sedangkan skizofrenia butuh penanganan khusus untuk dapat menyembuhkannya.
Skizofrenia dapat menyebabkan seseorang kehilangan konsentrasi, memori, dan perhatian. Selain itu juga dapat menurunkan motivasi dan emosi, sehingga penderita dapat berkeinginan untuk mengakhiri hidup.
Penanganan Psikosis
Pada umumnya penyakit mental dapat ditangani oleh lingkungan sekitar. Sama halnya dengan psikosis yang masih bisa ditangani oleh keluarga, yaitu dengan memberikan perhatian lebih untuk mendengarkan apa yang dirasakan penderita.
Keluarga menjadi kerabat utama tentang keberhasilan pengobatan, hal ini karena hubungan penderita dengan keluarga sangatlah dekat. Mengurangi stress juga dapat membuat keberhasilan pengobatan sangat besar.
Psikosis seringkali menjadi gangguan kelangsungan hidup. Gejala yang ditimbulkan sering membuat orang-orang sekitar merasa takut dan enggan berdekatan dengan penderita. Hal inilah justru yang menjadi penyebab semakin tingginya gejala yang timbul.
Sebelum mendiagnosa jenis penyakit, dokter/psikiater akan melakukan beberapa tindakan untuk memastikannya.
Dokter akan memberikan pertanyaan seputar gejala, riwayat penyakit, latar belakang pasien seperti pekerjaan, pola hidup, kegiatan sehari-hari dan bisa juga bertanya tentang kondisi lingkungan keluarga, tempat kerja atau sekolah.
Setelahnya, untuk memastikan tidak terdapat adanya penyakit lain dalam tubuh dokter akan melakukan beberapa hal seperti:
- Tes darah, biasanya untuk mengetahui kadar alkohol atau penggunaan obat-obatan.
- Rontgen, untuk melihat apakah terjadi cedera otak, saraf atau kelainan lainnya dalam otak.
Penanganan dapat dilakukan dengan melakukan psikoterapi dan pemberian obat-obatan untuk meredakan gejala yang terjadi. Berikut detail pengobatan yang dapat dilakukan penderita psikosis berdasarkan gejala yang terjadi:
Psikoterapi
Pengobatan ini dilakukan untuk mengubah pola pikir dan perilaku pasien, biasanya dilakukan bersama pemberian obat.
Psikoterapi dapat dilakukan dengan beberapa jenis, seperti:
1. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini dilakukan agar pasien dapat mengerti dan memahami kondisi yang diderita. Tujuannya agar pasien dapat menangani gejala yang timbul.
2. Terapi Keluarga
Terapi keluarga dilakukan untuk membantu menangani gejala. Keluarga akan diberikan informasi dari psikiater sebagai pembimbingnya. Seperti yang sudah dikatakan keluarga menjadi kunci utama dalam keberhasilan pengobatan.
3. Terapi Grup
Biasanya terapi ini bertujuan untuk melakukan berbagi informasi dengan sesama penderita psikosis. Sehingga pasien satu sama lain mendapat banyak pengalaman dan informasi cara menangani psikosis.
Sedangkan pemberian obat, harus berdasarkan resep dokter setelah konsultasi. Ada beberapa jenis obat-obatan yang sering digunakan untuk menangani psikosis, diantaranya:
- Chlorpromazine
- Perphenazine
- Aripiprazole
- Risperidone
- Haloperidol
- Olanzapine
Daftar di atas adalah jenis obat antipsikotik, namun dokter biasanya juga akan memberikan jenis obat antidepresan atau anti-mania (penstabil mood), tujuannya adalah untuk mengurangi gejala depresi dan mania yang sering terjadi pada penderita psikosis.
Kapan Harus Ke Dokter?
Segera lakukan konsultasi ke psikiater untuk mendapatkan penanganan gejala. Meskipun masih dalam level rendah, ada baiknya tetap lakukan konsultasi.
Sobat Pintar, tidak perlu khawatir mencari tempat konsultasi untuk kesehatan mental kamu. SiapDOK bersama RSCM bekerjasama untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan konsultasi bersama dokter yang dibutuhkan.
Kamu hanya perlu mengunduh aplikasi SmartRSCM melalui Google Play Store atau Apple App Store di ponsel. Setelah itu kamu bebas memilih layanan yang dibutuhkan dan melakukan konsultasi kapanpun dan dimanapun kamu bisa. Yuk unduh aplikasinya!
(Windya Aprista)
Referensi:
Jurnal Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Malang. Faktor-Faktor Internal Yang Melatarbelakangi Ketidakkambuhan Pada Penderita Skizofrenia. Diakses pada 2022
Jurnal Kesehatan Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Prevalensi Gangguan Jiwa Pasca Erupsi Gunung Merapi September 2010 Di Kabupaten Sleman. Diakses pada 2022
Centre For Health Protection. Psikosis. Diakses pada 2022