Skip to content

Salpingitis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Salpingitis

Salpingitis adalah suatu gejala peradangan saluran tuba, yang dipicu oleh bakteri. Salpingitis biasanya disebut dengan peradangan panggul (PID).

Dalam studi di Inggris diperkirakan sekitar 33.6% dari wanita menderita PID dan 16,1% memiliki pengalaman episode dari salpingitis.

Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi menular seksual klamidia dan gonore. Dan penyakit ini menjadi salah satu penyebab ketidaksuburan wanita.

Salpingitis lebih rentan menyerang wanita usia reproduksi 30 – 50 tahun yang memiliki tingkat aktivitas seksual 10-15%.

Penyebab Salpingitis

Penyebab Salpingitis

Penyebab pasti memang belum diketahui secara pasti, namun beberapa teori yang ditemukan oleh para peneliti mengacu pada operasi yang dilakukan pada daerah sistem reproduksi. Berikut penjelasan beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit ini, antara lain:


  1. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual memang sering menimbulkan berbagai penyakit lain. Begitupun dengan salpingitis yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh infeksi menular seksual.

Penyakit seksual seperti klamidia dan gonore menjadi penyumbang terbanyak kasus salpingitis yaitu sebesar 40%. Infeksi ini disebabkan oleh berkembangnya infeksi vagina yang kemudian naik ke saluran reproduksi bagian atas.

Selain itu bakteri gonococcus, staphylococcus, dan mycoplasma juga menjadi penyebab terjadinya salpingitis.


  1. Pasca Prosedur Medis

Pemasangan alat kontrasepsi (IUD) atau tindakan invasif lainnya (kuretase, biopsi, endometrium, histerosalpingografi, dan histeroskopi) menjadi perantara atau menyimpan bakteri yang berkembang pada vagina.

Meskipun hal ini jarang terjadi, namun gaya hidup seksual yang tidak sehat dapat menjadi resiko besar dalam timbulnya salpingitis.


  1. Penyebaran Infeksi Lain

Infeksi penyakit lain yang dapat menyebabkan salpingitis adalah usus buntu dan tuberkulosis.

Dari penyebab di atas masih ada beberapa faktor penyebab yang timbul akibat gaya hidup. Berikut beberapa orang yang dapat beresiko besar terinfeksi salpingitis, yaitu:

  • Pasangan dengan infeksi kelamin seperti klamidia dan gonore
  • Menggunakan IUD
  • Riwayat penyakit radang panggul
  • Riwayat operasi panggul
  •  Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
  • Aktif beraktivitas seksual sebelum usia 20 tahun
  • Pernah melakukan aborsi secara ilegal
  • Mengkonsumsi makanan tidak sehat
  • Wanita perokok akut

Gejala Salpingitis

Penyebab dari salpingitis juga disebabkan dari beberapa infeksi seksual lain, begitupun dengan gejalanya yang hampir mirip. Berikut gejala salpingitis yang paling umum terjadi:

  • Mengalami keputihan secara tidak normal
  • Muncul bercak darah diluar periode menstruasi
  • Nyeri perut bagian bawah
  • Nyeri panggul dan punggung
  • Sering buang air kecil dalam jumlah yang sedikit (anyang-anyangan)
  • Mual dan tidak nafsu makan
  • Merasakan sakit dan nyeri ketika melakukan hubungan seksual

Gejala tersebut dapat terjadi secara bertahap hingga akhirnya sampai pada tahap kronis. Gejala dapat hilang secara tiba-tiba sehingga penderita mengabaikan resiko besar yang terjadi.

Selain itu gejala yang terjadi akibat salpingitis akut dapat terlihat dari beberapa gejala yang timbul pada vagina seperti terjadi pembengkakan, merah dan terjadi peradangan. Salpingitis akut juga dapat menyebabkan tuba falopi (saluran rahim) dipenuhi cairan nanah.

Kapan Harus ke Dokter?

Pengobatan salpingitis

Ketika sudah mengalami beberapa gejala yang dijelaskan di atas segera lakukan konsultasi ke dokter spesialis agar dapat segera ditangani.

Apabila gejala tidak segera ditangani, dapat menyebabkan infeksi yang membahayakan nyawa penderita.

Bahaya dari komplikasi akibat salpingitis, antara lain:

  • Infertilitas, infeksi dapat merusak tuba falopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan oleh ovarium tidak dapat bertemu sel sperma. Infeksi ini juga dapat menyerang indung telur  dan rahim.
  • Kehamilan ektopik, kehamilan di luar rahim yang disebabkan sel telur yang dibuahi tidak dapat memasuki rahim.

Sebelum mendiagnosa, dokter akan melakukan wawancara tentang gejala yang dirasakan dan setelahnya dapat melakukan tindakan tes untuk mengetahui tingkat penyakit. Berikut ini beberapa tes yang dapat dilakukan oleh dokter:

  • Pemeriksaan darah dan urin
  • Swab vagina dan serviks
  • Ultrasonografi abdomen atau transvaginal
  • Hysterosalpingogram untuk mengetahui sumbatan pada tuba falopi

Setelah mengetahui hasil dari beberapa tes yang dilakukan dokter dapat memberikan saran pengobatan dasar dengan pemberian obat.

Pengobatan dapat dilakukan dengan mengonsumsi antibiotik dan obat anti-inflamasi, hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.

Beberapa obat yang sering digunakan dalam pengobatan diantaranya doxycycline, azithromycin, erythromycin, dan levofloxacin.

Pada kasus berat dapat dilakukan pembedahan atau operasi apabila telah terjadi komplikasi. Pembedahan bertujuan untuk mengeluarkan nanah atau pengangkatan tuba falopi jika diperlukan.

Sobat Pintar, tidak perlu khawatir jika ingin melakukan konsultasi dengan dokter spesialis yang kamu butuhkan.

SiapDOK bersama RSCM bekerjasama untuk membantu kamu melakukan konsultasi kesehatan dengan mudah dah cepat.

Kamu hanya perlu mengunduh aplikasi SmartRSCM melalui Google Play Store atau Apple App Store dan kamu langsung bisa melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter spesialis pilihanmu kapanpun dan dimanapun.

(Windya Aprista) 

Referensi:

Jurnal kesehatan Mahasiswa, Universitas Kristen Maranatha. Etiopa Togenesis Salpingitis Akuta. Diakses pada 2022

SamMarie Wijaya Hospital. Salpingitis atau Radang Tuba Falopi. Diakses pada 2022

ncbi.nlm.nih.gov. Salpingitis Impairs Bovine Tubal Function And Sperm Oviduct Interaction. Diakses pada 2022