Penyakit tidak hanya terjadi pada fisik saja, penyakit bisa saja terjadi pada mental seseorang. Salah satu penyakit mental adalah skizofrenia yang mempunyai beberapa jenis, skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia.
Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk membedakan realita dan khayalan dan memiliki periode sedikit bergerak dan periode terlalu aktif.
Periode aktif skizofrenia katatonik merupakan di mana seseorang akan menjadi terlalu aktif tanpa sebab dan melakukan beberapa perlakuan aneh serta berlebihan. Di periode sedikit bergerak, umumnya seseorang tidak dapat mengikuti instruksi dari orang lain.
Stigma masyarakat terhadap seseorang yang terkena skizofrenia sering disebut “gila” karena seseorang yang mengidap penyakit ini sering berperilaku aneh.
Riskesdas mempunyai data pada tahun 2018, Indonesia memiliki data sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk yang terkena skizofrenia. Kota Cimahi menduduki urutan ke-6 tertinggi di Jawa Barat dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 14.4%.
Penderita gangguan jiwa berat skizofrenia di Indonesia sebagian besar berada di rumah masing-masing bersama keluarga dibandingkan di Rumah Sakit.
WHO (World Health Organization) menyatakan pada tahun 2016, prevalensi skizofrenia di dunia sebesar 26,3 juta orang.
Pada tahun 2017, WHO mengatakan bahwa 50 juta orang di dunia menderita skizofrenia. Di Asia Tenggara mencapai 6,5 juta orang.
Penyebab Skizofrenia Katatonik
Penyebab skizofrenia katatonik masih belum diketahui pasti penyebabnya hingga saat ini. Tetapi, para ahli mengatakan bahwa terdapat kelainan pada beberapa bagian otaknya. Contohnya, otak depan dan hipotalamus yang dapat mengendalikan gerakan tubuh.
Penyebab gangguan katatonik ini bervariasi. Para ahli mempercayai bahwa ketidakteraturan hormon-hormon seperti dopamin, asam gamma-aminobutyric (GABA), dan sistem neurotransmitter glutamat adalah penyebab terjadinya skizofrenia katatonik.
Biasanya, skizofrenia yang satu ini disertai dengan kondisi neurologis, kejiwaan, dan kondisi fisik lainnya.
Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor secara umum yang dapat memicu terjadinya skizofrenia katatonik, antara lain:
1. Genetik
Pasien dari keluarga yang mengalami skizofrenia 10% lebih berisiko terserang kondisi yang sama.
Risiko mennjadi 40% lebih besar jika kedua orang tua mereka sama-sama menderita skizofrenia. Orang dengan kembar identik akan memiliki risiko sebesar 50%.
2. Ketidakseimbangan Kimia Otak
Yang dimaksud dengan ketidakseimbangan kimia otak adalah ketika kadar dopamine dan glutamat di dalam otak tidak seimbang.
Menurut para ahli, hal tersebutlah yang dapat menyebabkan skizofrenia terjadi.
3. Perbedaan Struktur Otak
Para ahli tidak yakin mengapa hal ini bisa menyebabkan terjadinya skizofrenia katatonik. Namun, penyakit otak menjadikan seseorang terkena gangguan jiwa.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menjadi penyebab skizofrenia katatonik adalah dengan masuknya infeksi virus dan kekurangan nutrisi ketika masih dalam kandungan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang berada pada lingkungan yang membuat ia stres atau depresi dapat menyebabkan skzizofrenia katatonik.
5. Obat-Obatan Tertentu
Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan seperti narkotika bisa saja menjadi penyebab terjadinya skizofrenia katatonik
Gejala Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia memiliki beberapa jenis, oleh sebab itu gejala skizofrenia bervariasi tergantung dengan jenisnya.
Biasanya, orang dengan skizofrenia katatonik memiliki gejala berperilaku terlalu aktif atau sebaliknya, kondisi tersebut bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hingga hari.
Secara umum, gejala skizofrenia katatonik meliputi:
- Penurunan Kesadaran
- Tubuh yang kaku seperti kejang dan tidak sadar (catalepsy)
- Tangan dan kaki tetap berada pada posisi yang sama ketika dipindahkan oleh orang lain (waxy flexibility)
- Diam saja (mutism)
- Tidak merespons terhadap instruksi atau rangsangan dari luar (negativism)
- Berada dalam posisi yang melawan gravitasi (posturing)
- Gerakan yang aneh dan berlebihan (mannerism)
- Gerakan tubuh yang berulang tanpa tujuan (stereotypy)
- Tidak bisa diam (agitation)
- Wajah menyeringai (grimacing)
- Mengulang kata-kata orang lain tanpa sebab (echolalia)
- Mengulang gerakan orang lain tanpa sebab (echopraxia)
Selain gejala di atas, tidak menutup kemungkinan penderita bisa mengalami gejala yang terjadi pada pasien skizofrenia jenis lainnya.
Ciri-Ciri Skizofrenia Katatonik
Ciri skizofrenia katatonik secara umum ditandai dengan gerakan yang tidak bisa, misalnya gerakan-gerakan yang berlebihan, dan bisa saja mereka menutup diri untuk tidak berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu, ciri orang terkena skizofrenia katatonik adalah melakukan gerakan atau perilaku yang terbatas dan bisa saja melakukannya secara tiba-tiba.
Contohnya, mereka sering kali beralih dari perilaku yang sangat aktif dan tiba-tiba bisa saja mereka sangat diam.
Mereka tidak banyak bicara, tetapi mereka bisa meniru ucapan seseorang, dan gerakan seseorang yang mereka lihat dan dengar.
Pengobatan Untuk Penderita Skizofrenia Ini
Penderita skizofrenia bisa saja sembuh, namun kesembuhannya tidak 100 persen. Obat skizofrenia katatonik yang dapat penderita konsumsi ada beberapa macam.
Dokter atau psikiater biasanya akan melakukan pemberian obat-obatan, seperti lorazepam (ativan) yaitu jenis obat benzodiazepine dan akan disuntikkan.
Perlu kamu ketahui bahwa obat banzodiazepin memiliki beberapa jenis yang dapat mengobati penderita, antara lain:
- Alprazolam (xanax)
- Diazepam (valium)
- Clorazepate (tranxene)
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis jiwa atau psikiater jika kamu melihat orang dengan gejala yang sudah disebutkan di atas atau bahkan kamu sendiri yang merasakan gejala-gejalanya.
Kamu dapat hubungi dokter melalui aplikasi SmartRSCM yang ada di Play Store dan App Store.
Hadirnya aplikasi SmartRSCM bersama SiapDok dapat memudahkan kamu berkonsultasi secara online di mana saja dan kapan saja dengan dokter-dokter profesional.
Yuk, segera download aplikasinya sekarang juga! Sayangi kesehatanmu sekarang juga.
(Arya Saputra S)
Ditinjau oleh:
Referensi:
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah. Kecemasan Kelurga Dalam Merawat Klien Skizofrenia. Diakses pada 2022.
Jurnal Unismuhpalu. Faktor Risiko Kejadian Skizofrenia di Rumah Sakit Madani Palu. Diakses pada 2022.