Skip to content

Skizofrenia Residual: Penyebab, Gejala, Penanganan

Skizofrenia Residual

Skizofrenia residual adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejalanya berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Penderita akan bersikap eksentrik (aneh/tidak wajar) dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan prevalensi skizofrenia di Indonesia sebanyak 31,5% dan penderita skizofrenia residual sebanyak 39,4% terjadi pertahunnya.

Penyebab Skizofrenia Residual

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang paling sering dialami manusia. Gejala skizofrenia umumnya terjadi pada usia 15-35 tahun.

Ada banyak faktor penyebab terjadinya penyakit ini. Faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya skizofrenia adalah sebagai berikut:

  • Umur

Ketika seseorang telah menginjak umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita skizofrenia residual dibandingkan umur 17-24 tahun. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh arus pendewasaan diri dan semakin banyaknya tanggung jawab.

  • Jenis Kelamin

Laki-laki 72% dapat berisiko menderita skizofrenia residual lebih besar. Hal tersebut dikarenakan kaum laki-laki menjadi penopang dalam keluarga dan rumah tangga, sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup.

  • Pekerjaan

Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja sebesar 85,3% sehingga orang yang tidak bekerja memiliki risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia. Biasanya mereka akan merasa malu dan takut sehingga menyebabkan skizofrenia residual.

  • Konflik Keluarga

Konflik keluarga kemungkinan beresiko 1,13 kali penyebab skizofrenia residual. Seseorang yang memiliki konflik keluarga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial dan kepribadiannya akan berubah sedikit tertutup.

  • Status Ekonomi

Status ekonomi memang sering menjadi seseorang terkena gangguan jiwa. Status ekonomi rendah beresiko 6 kali lebih besar seseorang terkena skizofrenia residual. Hal ini dikarenakan dapat membuat merasa terasingkan, dikucilkan, dan tidak dihargai.

Gejala Skizofrenia Residual

Seseorang yang menderita penyakit ini akan merasakan tidak aman pada diri sendiri sehingga memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosial.

Namun ada beberapa gejala lain yang umum terjadi pada penderita skizofrenia residual, diantaranya:

  • Sikap pasif dan tidak memiliki inisiatif
  • Tidak memiliki minat dan energi sama sekali
  • Kehilangan kesadaran dalam merawat diri
  • Mudah lelah dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas
  • Kinerja sosial menjadi buruk, seperti menghindari keramaian dan menutup diri

Hal ini dapat terjadi akibat trauma seperti perundungan, tekanan dari keluarga, penghinaan secara verbal sehingga menurunkan motivasi dan kepercayaan diri seseorang.

Penanganan Skizofrenia Residual

Penanganan Skizofrenia Residual

Bentuk penanganan penyakit ini sama halnya dengan penanganan gangguan jiwa lainnya.  Dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Psikoterapi

Psikoterapi yang dilakukan oleh penderita biasanya dengan melakukan interaksi antara psikiater dan pasien. Membicarakan tentang kehidupan sehari-hari, kesulitan yang dirasakan, dan keinginan yang paling ingin dilakukan pasien.

Psikiater juga membantu pasien membedakan antara isolasi sosial dan keinginan untuk mandiri. Karena banyak alasan pasien penyakit ini menganggap menjauh dari lingkungan sosial adalah bagian dari hidup mandiri.

2.      Terapi Kognitif

Terapi yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku pasien. Dimana pasien akan dilatih untuk melakukan interaksi sosial secara perlahan. Dengan memberikan jadwal harian untuk melakukan interaksi sosial.

3.      Terapi Kelompok

Terapi kelompok dilakukan untuk mempertemukan sesama pasien, mereka akan melakukan sharing tentang pengalaman satu sama lain. Cara ini dapat melatih cara berkomunikasi pasien.

Kapan Harus ke Dokter?

Pengobatan skizofrenia residual

Penyakit ini membuat penderita menarik diri dari lingkungan sosial dan berkurangnya minat atau motivasi dalam beraktivitas. Hal ini dapat memperparah keadaan jiwa apabila tidak segera ditangani.

Seseorang penderita dapat memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup karena kurangnya motivasi dan menanggung beban sendirian.

Segera lakukan konsultasi ke psikiater untuk menangani gejala yang timbul seperti yang dijelaskan di atas.

Sobat Pintar, kamu tidak perlu khawatir apabila ingin melakukan konsultasi kesehatan jiwa kalian. SiapDOK bersama RSCM siap membantumu menemukan dokter spesialis yang sesuai dengan kebutuhan.

Kamu hanya perlu mengunduh aplikasi SmartRSCM melalui Google Play Store atau Apple App Store di ponsel. Setelahnya kamu bisa memilih layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhanmu dan melakukan konsultasi kapanpun dan dimanapun dengan mudah.

Yuk, segera download aplikasinya!

(Windya Aprista)

Referensi:

Jurnal Penelitian Mahasiswa, Universitas Lampung. Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Diakses pada 2022

Jurnal Kesehatan Mahasiswa, Universitas Tarumanegara. Gambaran Mindfulness Pada Pria Penderita Skizofrenia Residual. Diakses pada 2022

Kamustoto